Dalam 8 Hari Terakhir, Total 75 Warga Palestina Tewas saat Antre Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Serangan Israel di Gaza makin brutal, 75 warga tewas saat antre bantuan kemanusiaan. Ratusan lainnya luka, krisis kemanusiaan makin parah.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM - Dalam periode delapan hari terakhir, sejak 27 Mei hingga 2 Juni 2025, setidaknya 75 warga Palestina tewas saat menunggu antrean bantuan kemanusiaan di Gaza.
Data ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, yang juga melaporkan lebih dari 400 orang luka-luka dalam insiden serangan yang terjadi di sekitar pusat distribusi bantuan.
Korban tewas terbanyak dilaporkan terjadi pada hari Senin (2/6/2025) dengan 35 orang menjadi korban, menandai hari paling berdarah dalam rentang waktu tersebut.
Serangan udara Israel yang intensif terus menargetkan wilayah sipil dan fasilitas publik, memperparah situasi kemanusiaan yang sudah kritis.
Menurut laporan Al Mayadeen, empat warga Palestina tewas saat pesawat tempur Israel menyerang kelompok orang di wilayah al-Faluja, sebelah barat kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Selain itu, di Al-Zawayda, Gaza tengah, tiga pekerja pemerintahan tewas setelah kendaraan mereka dibombardir oleh pesawat tempur.
Di Al-Barka, kawasan selatan Deir al-Balah, sejumlah warga juga mengalami luka akibat serangan udara yang menghantam daerah tersebut.
Sementara di Gaza selatan, sebuah serangan drone Israel menewaskan seorang warga di perempatan Sidra, Abasan al-Kabira.
Di al-Fukhari, timbunan tanah dari alat berat militer Israel merobohkan tembok rumah sakit Eropa, mengancam akses terhadap layanan medis yang sangat dibutuhkan.
Menurut Financial Times, lebih dari 80 persen wilayah Gaza kini berada di bawah zona militer dan perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel.
Wilayah ini sudah menjadi salah satu kawasan paling padat penduduk di dunia jauh sebelum konflik terkini.
Baca juga: Israel Tak Ngaku Tembaki Puluhan Warga Gaza saat Antri Makanan, Tuding Hamas Dalangnya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan rencana memusatkan seluruh populasi Gaza ke wilayah kecil di bagian selatan, dekat perbatasan Mesir, sementara sebagian besar wilayah lainnya dinyatakan tidak dapat diakses.
Pengamat internasional memperingatkan bahwa perpindahan paksa ini berpotensi menjadi tindakan pembersihan etnis, karena wilayah yang dituju sangat terbatas, minim sumber daya air, listrik, dan fasilitas medis.
Kota perbatasan Rafah yang dahulu ramai kini hampir seluruhnya hancur.
Koridor Morag, wilayah yang memisahkan Rafah dan Khan Younis, telah kosong dari penduduk akibat evakuasi paksa.
Khan Younis juga mengalami pengosongan penduduk secara besar-besaran akibat operasi militer.
Para pengungsi yang tersisa kini menghadapi kondisi kepadatan penduduk ekstrem di wilayah kecil tanpa infrastruktur memadai, seperti sistem sanitasi dan akses air bersih, yang memperburuk krisis kemanusiaan.
Situasi ini menjadi perhatian global, namun serangan dan eskalasi militer Israel terus berlanjut tanpa henti, meninggalkan penderitaan besar di kalangan warga sipil Palestina di Gaza.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.